Contoh Drama Komedi untuk 3 Orang Pemain - Pada kesempatan kali ini Admin ingin mengetengahkan salah satu drama komedi untuk 3 orang pemain yang bisa Sobat simak. Secara garis besar, drama dibawah menceritakan tentang situasi dimana ada seseorang yang menunggu terlalu lama untuk melakukan sesuatu dikarenakan adanya ketidakharmonisan persepsi diantara beberapa tokoh.
Berikut contoh drama komedi yang bisa dibawakan untuk 3 orang pemain yang bisa Sobat simak.
Berikut contoh drama komedi yang bisa dibawakan untuk 3 orang pemain yang bisa Sobat simak.
PELUKIS DAN WANITA
Adhy Pratama Irianto
Sinopsis:
Hidup adalah menunggu. Menunggu untuk tumbuh, menunggu
untuk besar, menunggu untuk kaya, dan menunggu untuk mati. Hidup bagi sebagian
orang, hidup hanya terisi dengan ngungkung
di kantornya, ngalor-ngidul
dijalanan, dan melototin layar
monitornya, terus pulang, terus tidur, terus bangun lagi terus ngungkung lagi. Terlalu panjang
penantian yang dirasakan bagi manusia untuk hidup, dan tak jarang
ada yang bosan dengan monogami dan hitam putih hidup itu. Naskah pelukis dan wanita
hanya mengganti keadaan hidup yang menunggu, entah menunggu apa, menjadi
seorang wanita yang menunggu pelukis untuk melukis dirinya. Sekian lama
menunggu, yang didapatnya hanya kebosanan. Hingga ia lebih memilih untuk
berhenti menunggu walaupun sebenarnya kalau ia masih punya sisa kesabaran
sedikit lagi, wajahnya yang cantik akan terlukis di kanvas yang ia bawa sendiri.
Adegan
Setting :
Dua buah karung
kain hitam putih diletakkan di tengah-tengah panggung. Didalam tiap karung
terletak seorang laki-laki. Agak jauh sedikit didekat wing kanan depan panggung ada sebuah meja yang ditutup kain biru
dan diatasnya duduk seorang wanita yang termenung. Di sudut wing kiri depan ada sebuah kanvas lukisan tergantung.
Wanita
Sudah lama
kunantikan kedatangan kalian, kemana kalian! Kalian tidak mengerti betapa
sakitnya menunggu, kalian tidak pahamkah berapa lama waktu kuterbuang sia-sia
hanya karena menunggu kalian yang tak juga menampakkan sedikitpun batang hidung
kalian dihadapanku.
(pause) (melihat jam ditangan) bagaimana ini,
matahari sudah tergelincir, kalian tak juga datang.
Pria 1
(Keluar dari karung perlahan-lahan memegang
cat dan kuas, mimik wajahnya menunjukkan kalau ia adalah seorang yang bodoh)
sudah lama menungguku, tuan putri?
Wanita
Iya, bahkan
sudah hampir puas aku menunggu. Bahkan sudah hampir bosan. Dan bahkan sudah
hampir gila aku menunggu kalian.
Pria 1
(terkejut) minta maaf putri (dengan nada yang diayun-ayunkan). Kan,
belum terlalu lama putri menungguku.
Wanita
Belum terlalu
lama?!, yang lama itu seperti apa menurutmu? Setahun,
sewindu, satu dekade atau satu abad!! Lihat! aku sudah duduk disini terlalu
lama, bahkan kanvas (menunjuk ke kanvas
yang tergantung, diikuti dengan pandangan mata pria 1) yang kalian suruh
aku bawakan sudah lapuk
Pria 1
(tertunduk) maaf tuan putri, tapi…
Wanita
Tapi apa? Lihat
dandananku sudah mulai kacau, riasanku sudah mulai luntur.
Pria 1
Tapi aku hanya assistant, aku tak bisa melukis.
Wanita
Oh, begitu. Jadi
mana temanmu atau bosmu itu?
Pria 1
Aku akan
mencarinya, tuan putri duduk kembali manis-manis diatas situ, dan tunggu aku.
(Pria 1 out)
Wanita
Oh, berapa lama
lagi aku harus menunggu! Sialan! Bodoh!(memaki
kepada diri sendiri)
Pria 2
(keluar dari karung dengan raut muka sok, dan
tak merasa bersalah)
Sudah lama
menunggu tuan putri (keluar dengan gaya
flamboyant mendekati putri)
(pause, sambil menarik nafas panjang)
Bintang
gemerlap, bulan menangis perih (menghadap
kedepan) sudah siap dilukis tuan putri?(dengan
cepat langsung duduk dihadapan Wanita)
Wanita
Sudah dari 600
menit yang lalu.
Pria 2
600 menit,
berarti 10 jam, waw ! tuan putri rela menunggu 10 jam untuk kedatanganku, aku
terharu.
Wanita
Jangan banyak
bicara, dandananku sudah kacau, riasanku sudah luntur, tubuhku telah letih.
Kalau kau membutuhkan kanvas, itu (menunjuk
ke kanvas, diikuti dengan pandangan mata pria 2).
Pria 2
Baik, silahkan
masuk pada pose yang telah kita sepakati kemarin.
Wanita
(tanpa bicara, dengan wajah yang menahan
kesal berpose dengan posisi hampir tidur menghadap depan, dua kaki terlipat keatas
sampai menyentuh panggul dan sikut tangan menopang tubuh agar tetap tegak.)
Pria 2
Tunggu,
sebentar..
Wanita
(raut muka berubah bingung, tetapi tetap pada
posisi)
Pria 2
Peralatan
melukisku ada pada asistenku,
kita harus menunggu kedatangannya.
Wanita
Ahhhhhhhhhhhhh!!!!!!
(setengah menjerit, merubah posisinya
menjadi duduk biasa,dengan muka menahan kesal, pause)
Dia tadi sudah
datang, jauh sebelum kedatanganmu, karena engkau belum datang, dia mencarimu!
Pria 2
Benarkah? (disambut anggukan perlahan wanita),
kalau begitu, biarkan aku mencarinya (langsung
berlari keluar dengan tergesa-gesa)
Wanita
(memandang dengan kosong kedepan)
Pria 1 in
Pria 1
Sudah kucari dia
kemana-mana tuan putri, tapi dia tidak juga kelihatan. Dirumahnya, diwarung
kopi tempat dia biasa, bahkan ditepi jembatan tempat dia sering mencari
inspirasi.
Wanita
(turun dari meja, berdiri) yah jelas
kalau kau tidak bertemu dengan dia (moving)
wong
dia dari tadi disini!
Pria 1
Apa!? Tidak
mungkin, benar-benar tidak mungkin! Mana dia sekarang (pandangan berkeliling)
Wanita
Dia mencarimu!
Bodoh!!
Pria 1
Benarkah!! Kalau
begitu biarkan aku mencarinya (langsung
keluar dengan berlari)
Wanita
Tidak usah…lah…
le..bih.. ba..ik … kau …menunggu disini (gesture
capek, sambil moving kembali ketempat duduknya)
Pria 2 in
Pria 2
(tertunduk dengan nafas yang tersengal-sengal
matanya beradu pandangan dengan wanita yang memandangnya dengan heran) maaf
putri, dimana aku harus mencarinya, segala tempat yang sering ia kunjungi aku
datangi semua.
Wanita
Tuhan tolong
aku, kalian benar-benar membuat aku gila, asistenmu tadi ada disini, dia juga
mencarimu. Akhhhhhh..(memegang kepalanya)
Pria 2
Benarkah,, (langsung berlari keluar)
Wanita
Ouwhhh… baiklah,
aku trauma, aku sudah hampir gila. Aku tidak akan mau dilukis lagi. Aku tidak
mau lagi. (wanita mengamuk menendang
kanvas dan mendorong mejanya sampai jatuh, kemudian dengan nafas yang naik
turun dan mata yang melotot ia out)
Pria 1 dan pria 2 in.
Pria 2
(Berjalan mundur, menatap pria 1) Ah, kau
selalu begitu, kalau dia marah bagaimana?
Pria 1
(terbengong dari tadi melihat keadaan sudah
kacau balau) sepertinya dia sudah marah (tetap melihat ke panggung yang kacau)
Pria 2
(tetap menatap ke pria 1) kalau dia marah
saja, masih bisa kita atasi, bagaimana kalau dia mengamuk?
Pria 1
Sepertinya dia
sudah mengamuk.
Pria 2
Okelah, kalau
mengamuk masih bisa kita tangani, kalau dia pergi bagaimana?
Pria 1
Sepertinya dia
telah pergi.
Pria 2
(agak heran dengan arah mata pria 1 dan
berbalik badan melihat ke arah pandangan pria 1) oh, Tuhan (memegang kedua kepalanya).
Selesai