Iklan Atas

Blogger Jateng

Contoh Drama Remaja Sitty Noerbaja Modern

Drama Siti Nurbaya untuk 8 Pemain atau Lebih - Dipostingan yang akan Admin sajikan kali ini adalah sebuah drama Indonesia yang sangat menarik untuk dibawakan karena drama ini diadopsi dari drama klasik terkenal karya Marah Rusli yang berjudul "Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)". Drama ini pun sudah dimodifikasi dengan dengan setting masa sekarang.

Sebagai tambahan untuk Sobat ketahui, drama ini memiliki tema tentang anti-pernikahan paksa, atau menjelaskan perselisihan antara nilai Timur dan Barat. Drama yang diadopsi dari novel ini juga pernah dinyatakan sebagai suatu "monumen perjuangan pemuda-pemudi yang berpikiran panjang" melawan adat. Cerita dalam drama ini merupakan perbandingan pandangan Barat dan tradisional terhadap pernikahan, yang dilengkapi dengan kritik sistem mas kawin dan poligami.

Oke Sob, langsung saja ya disimak drama modern Siti Nurbaya-nya..



SITTY NOERBAJA

OLEH: ILHAM YUSARDI

(EPISODE LEPAS DARI BUMI)

Dramatic Personae:
  • Seorang perempuan muda, berperan sebagai SITTY NOERBAJA 
  • Seorang laki-laki muda, berperan sebagai SAMSUL BAHRI 
  • Seorang laki-laki muda, berperan sebagai BAKHTIAR 
  • Seorang laki-laki muda, berperan sebagai ARIFIN 
  • Seorang laki-laki paruh baya, berperan sebagai AYAH 
  • Seorang laki-laki tua, berperan sebagai DATUK MARINGGIH 
  • Seorang laki-laki, berperan sebagai PENDEKAR LIMA 
  • Seorang laki-laki, berperan sebagai PEDAGANG 
  • Seorang laki-laki, berperan sebagai PEDAGANG PALSU (SURUHAN DATUK) 
  • Beberapa orang SISWA. 

BAGIAN I

PENTAS MENGGAMBARKAN SESUDUT JALAN ATAU HALTE TEMPAT ANAK-ANAK SEKOLAH MENUNGGU JEMPUTAN ATAU ANGKUTAN UMUM. DI SITU MANGKAL SEORANG PEDAGANG GEROBAK YANG MENJUAL MAKANAN DAN MINUMAN RINGAN. DI SEBELAH KIRI TERDAPAT SEBUAH RAMBU-RAMBU YANG MENUNJUKAN TEMPAT PERHENTIAN BUS.


SITTY, SAMSUL BAHRI, BAKHTIAR DAN ARIFIN MASUK. MEREKA BERCENGKRAMA SEPERTI ADA YANG DIPERDEBATKAN.


BAKHTIAR

Yang namanya hidup di dunia tentu harus dengan akal, pandai-pandai. Kalau hidup di akhirat baru mesti dengan iman.


SITTY

Tapi, melihat jimat saat ujian tadi kamu bilang pandai, Bakhtiar ? Bukankah itu cara yang licik.


ARIFIN

Kalau saya berpendapat lain. Yang dilakukan Bakhtiar diwaktu ujian tadi namanya ‘licik pandai’, bukan cerdik pandai.


BAKHTIAR

Aah, hei.. Untuk hasil maksimal dibutuhkan usaha yang maksimal. Betulkan Samsul?


SAMSUL

Kata-kata itu benar. Kamunya yang tidak benar. Usaha maksimal bukannya menghalalkan segala cara. Ingat, alam terkembang jadikan guru. Bisa-bisa berubah pepatah itu, jimat terkembang otak membeku.


SEMUA TERTAWA MENDENGARNYA


PEDAGANG

Oi ! onde-onde, onde-onde mande. Tertawa sambil makan onde-onde pasti lebih asyik.

(SITTY MEMERIKSA SAKUNYA)


SITTY

Ujian tadi baru tahap percobaan. Apakah kamu bisa melihat jimat saat ujian akhir yang sebenarnya, Bakhtiar?


ARIFIN

Kalau saya berpendapat lain. Resiko untuk melakukan kecurangan di ujian akhir sangat besar. Melihat kiri-kanan saja mungkin dicurigai. Bertanya tetangga?, sesekali jangan. Nah, apalagi lihat jimat, kertas kecil apapun jenisnya pasti akan gagal.


SAMSUL

Barangkali Bakhtiar siap dengan resiko, didiskualifikasi.


ARIFIN

Nah..., dari pada kepala pusing. Menurut pendapat saya. Lebih baik begini. Pertanyaan yang tidak terjawab oleh kita, gunakan pilihan bantuan. Pertama, ask the audience, kode tetangga-tetangga sebelah. Kalau dicurigai, urungkan niat. Kedua, phone a friends, siapkan kertas kecil untuk sms-sms-an,”bantu saya nomor sekian”. Lemparkan pada kawan yang mungkin tahu jawabannya. Tidak bisa juga ! Baru gunakan fifty-fifty.


BAKHTIAR

Fifty-fifty bagaimana?
ARIFIN

Tentukan dua pilihan jawaban yang menurut kamu paling berkemungkinan benar. Dari dua jawaban tersebut, pilih satu saja dengan cara menimbang (MENIRUKAN DENGAN TANGAN). “Ma rancak iko pado iko, rancak iko” Nah, dapatlah satu jawabannya. Untung-untung betul. Gampangkan....?


SAMSUL

Alaahh...., sama juga bohong Arifin.


SITTY

Tidak ada gunanya. Seperti kata petuah:

Jalar-menjalar akar benalu
Kuat melingkar di batang mangga
Kita belajar menuntut ilmu
Tabiat buruk tak akan berharga


ARIFIN

Tapi bukankah fifty-fifty itu sah saja. Lain halnya dengan cara Bakhtiar yang menurut pendapat saya....


BAKHTIAR

Sudah, sudah. Waktu seminggu itu masih panjang. Cukup untuk bersantai menenangkan pikiran. Pergi piknik, tenangkan jiwa.


SAMSUL

Seminggu kamu bilang masih panjang? Mana jari tanganmu? Hitung mundur mulai detik ini. Saatnya siaga satu, kawan.


BAKHTIAR

Jangan tegang, rileks saja. Kita tentu punya cara masing-masing sebelum bertempur. Kalau saya, butuh refreshing dulu sebelum menuju gelanggang. Kalau mau belajar kejar tayang menghafal buku-buku, silahkan coba. Bisa-bisa meledak itu kepala.


ARIFIN

Dasar pemalas!


BAKHTIAR

Terserah saja, sekarang lebih baik pulang. Dengar,

Batang purut di tepi pagar
Ditanam putri anak bangsawan
Kerontang perut karena lapar
Segera pulang mencari makan

Ayo, Arifin. Kamu pulang bersama saya atau tidak ? Biarlah mereka berdua menggagas masa depan. Apakah kamu mau jadi pamong terus, jadi obat nyamuk bakarnya ? (ARIFIN MENGIKUTI BAKHTIAR) Samsul, Sitty, kami duluan. O, ya. Bayar onde-onde kami ini. Buat tutup mulut kami. Daaah..!


BAKHTIAR DAN ARIFIN KELUAR SETELAH MENGAMBIL BEBERAPA ONDE-ONDE


SAMSUL

Cerdik juga dia !

Kamu lapar, Sitty?


SITTY

(MENGGELENG)


SAMSUL

Benar tidak lapar ?


SITTY

(MENGGELENG )


SAMSUL

Bagaimana kalau kita beli onde-onde. Sekedar pengganjal perut.


SITTY

Mau, mau ! Boleh juga.


SAMSUL MENUJU PEDAGANG


SAMSUL

Onde-ondenya, pak.


PEDAGANG

Nah, begitu. Perhatikan juga nasib orang kecil seperti saya. Masa seharian saya berjualan di sini tidak ada yang beli ? Makanya dari tadi saya tawarkan onde-onde ini. Saya tahu kalau putrimu itu sangat suka onde-onde. Dia kan langganan saya.


SAMSUL

Berapa, pak ?


PEDAGANG

Belum seberapa, sepuluh onde-onde baru lima ribu saja. Kali ini saya kasih bonus dua buah. Buat nona Sitty.


SAMSUL

O. Ya. Terima kasih. Bapak baik sekali. Eh, benar tidak, pak ? Kata orang, hari esok harus lebih baik dari hari ini.


PEDAGANG

Ya, harus !


SAMSUL

Kalau begitu besok bapak harus lebih baik. Besok, kalau saya beli onde-onde bonusnya harus lebih dari dua. Hehehe ......


PEDAGANG

Pintar juga otakmu.


SAMSUL KEMBALI KE TEMPAT SITTY


SAMSUL

Sitty, ini onde-ondenya. Makanlah. Bapak itu memberi bonus buat kamu.


SITTY

O, ya. Kalau saya tadi yang beli pasti bonusnya lebih dari dua.


SITTY DAN SAMSUL DUDUK MENIKMATI ONDE-ONDE


SAMSUL

Sitty, selepas lulus sekolah nanti, ayahku menyuruhku untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Aku sendiri setuju dengan itu. Kalau kamu bagaimana ?


SITTY

Baguslah. Siapa yang tidak bangga bisa lanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Ayahmu tentu telah menyiapkan semua demi kamu. Aku sendiri belum tentu, Sam. Belakangan ini ayahku sakit-sakitan. Aku tidak mungkin memaksakan keinginanku dalam kondisi seperti ini. O... rencananya kamu mau melanjutkan kemana, Sam ?


SAMSUL

Ayahku menyarankan untuk kuliah di luar negeri.


SITTY

Luar negeri ?!


SAMSUL

Iya, Sitty. Tidak di sini.


SITTY

Kenapa mesti ke luar negeri, Sam ?


SAMSUL

Kata ayahku, sangat baik untukku nantinya. Dengan kuliah di luar negeri kita bisa mendapatkan ilmu dengan maksimal.


SITTY

Di sini juga bisa, bukan? Banyak perguruan tinggi yang tidak kalah kualitasnya. Dan lagi, kuliah di luar itu butuh biaya besar, Sam. Apakah ayahmu sudah memikirkannya matang-matang?


SAMSUL

Ah, entahlah. Selain itu sebenarnya aku belum siap untuk merantau terlalu jauh. Jauh dari kampung halaman, jauh dari keluarga, dan tentu akan menjauhkan aku dari kamu Sitty.


SITTY

Jauh tidak lagi persoalan, Sam. Selagi masih di bumi ini. Apalagi zaman sekarang ini. Jarak dan waktu bisa direkayasa dengan teknologi.


SAMSUL

Aku tidak ingin jauh dari kamu Sitty.

Anak baginda berburu rusa
Rusa mati tertembak panah
Jika kasih jauh dimata
Rasa mati badan sebelah.


SITTY

Burung puyuh masuk ke rimba
Di dahan jati singgah merapat
Meskipun jauh dipelupuk mata
Di dalam hati tetapkan dekat.


SAMSUL

Ombak berdentum di hujan lebat
Sampan melaju ke pulau seberang
Hendak kemana carikan obat
Badan bertemu makanya senang.

Kalau lama tidak ke ladang
Tinggilah rumput dari padi
Kalau lama tak bisa kupandang
Rasa rindu menjadi-jadi.


SITTY

Risau kicaunya si anak balam
Ditinggal induknya di pohon jambu
Walau tak bisa berjawat tangan
Di dalam mimpi kita bertemu.

Utara selatan jadi penjuru
Timur dan barat jadi pedoman
Jika tuan dilanda rindu
Dikerat rambut jadikan kenangan.


SAMSUL

Tetak lontar alaskan padi
Peti dibawa dari Palembang
Bertemu sebentar bagaikan mimpi
Itu membawa hatiku bimbang

Bendi dipapah jalan berliku
Mengangkut sirih ke tengah pekan
Kaki dilangkah terasa kaku
Takut kasih berpindah tangan.


SITTY

Anak Kediri berdagang kain
Kain disimpan dalam peti
Niat diri tidak pada yang lain
Tuan terikat di dalam hati.

Anak dara bersunting kembang
Rupanya elok serta jelita
Banyak dara di negeri orang
Tidakkah tuan bersimpang mata.


SAMSUL

Manis-manis bukannya tebu
Manisnya manis si gula jawa
Manis tidak sekedar dari rupamu
Manis kupandang budi bahasa.

Surabaya kota pahlawan
Dikenang seluruh anak negeri
Sitty Noerbaja yang menawan
Tak akan kudapati di luar negeri.


SITTY

Merah warnanya si bunga mawar
Putih suci bunga melati
Janji bukan untuk ditawar
Kasih hanya dilerai mati


SAMSUL

Tanam melati di depan rumah
Ubur-ubur berdamping dua
Jikalau mati kita bersama
Satu kubur kita berdua.


SITTY

Ubur-ubur berdamping dua
Tanam melati bersusun tangkai
Kalau mati kita berdua
Jikalau boleh bersusun bangkai.


SAMSUL

Tanam melatai bersusun tangkai
Tanam padi satu persatu
Jikalau boleh bersusun tangkai
Daging melebur jadi satu.

TANPA DISADARI, PEDAGANG MEMPERHATIKAN PERCINTAAN SAMSUL DENGAN SITTY.


PEDAGANG

“Allahuakbar Allahuakbar.........!!” (KEARAH SITTY DAN SAMSUL)


SAMSUL

Hah ! O . Ayo kita pulang, Sitty. Sudah terlalu senja. Nanti orang di rumah marah-marah. Merantaunya masih lama. Lulus saja juga belum tentu.


SAMSUL DAN SITTY KELUAR


PEDAGANG

Ikat berikat tali kuda
Pasang pelana kuda yang putih
Hati terikat samanya muda
Lupa waktu sebab berkasih

Minta daun diberi daun
Dalam daun buah bidara
Minta pantun diberi pantun
Dalam pantun ada cerita

PEDAGANG ITU PUN KEMUDIAN MENUTUP DAGANGANNYA. KELUAR SERAYA MEMBAWA RAMBU-RAMBU YANG TERNYATA BISA DICABUT DENGAN MUDAH.


BAGIAN II.

DI RUANGAN SEBUAH RUMAH SEORANG LAKI-LAKI SEPARUH BAYA DUDUK. LAKI-LAKI ITU TERBATUK-BATUK SERAYA MENGUSAP-USAP DADANYA MENAHAN SAKIT. ANAK PEREMPUANNYA DUDUK DI SEBELAH LAKI-LAKI ITU, SESEKALI MEMIJIT-MIJIT BAHUNYA.


SITTY

Istirahatlah lagi ayah, sudah terlalu larut.


AYAH

Tidak mudah tidur bagi ayah sekarang ini, Sitty. Dipejam mata tak terpejam. Direbah tubuh tak jua senang perasaan.


SITTY

Apalagi yang ayah pikirkan ? Bukankah ayah pernah bilang pada Sitty,
Tidaklah beban jadi rasian. Habis daging dihisapnya.


AYAH

Sitty, anakku. Kamu ini seperti orang dulu bilang, Kecil tak lagi untuk disuruh-suruh. Besar belumlah dapat ditumpangi.


SITTY

Ah, ayah. Kecil Sitty anak ayah, besar juga tetap anak ayah. Kalau boleh Sitty tahu, apa yang ayah pikirkan ?


AYAH

Dipintal benang dengan gulungan. Biar berpisah pangkal dengan ujungnya. Tak kusut pula dalam genggaman. Tapi, kali ini kamu terpegang ujung benang, Sitty. Ayah memintal dari pangkalnya.


SITTY

Kalaulah ujung di tangan Sitty, tentulah Sitty takkan berlepas tangan. Ceritakanlah ayah. Dengan senang Sitty dengarkan.


AYAH

(MENARIK NAFAS)

Berniaga ke tanah Jawa dagang emas dengan budi bahasa. Tapi, bagaimanapun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Nasib tertoreh di telapak tangan. Niat hendak menyekolahkanmu tinggi-tinggi, biar bertambah isi kepala.

Cita-cita membumbung langit, Tuhan dari atas jua yang menentukan. Jerih peluh usaha niaga kita kali ini telah habis surut, Sitty. Ayah tak dapat lagi berbuat apa-apa. Sekarang, kamu juga tahu, harta ayah hanya tinggal badan sepembawaan ini. Hutang-hutang tumbuh melilit pinggang. Mencekik kerongkongan.


SITTY

Sitty mengerti, ayah.


AYAH

Hutang emas dibayar emas. Hutang budi, tentulah dibawa mati.


SITTY

Benar ayah.


AYAH

Kemarin Datuk Maringgih datang ke sini. Tak lain untuk menagih hutang pinjaman dagang yang sudah jatuh tempo. Ayah meminta Datuk menambah jangka waktu yang diberikan. Tapi, dia menolak. Karena telah melewati batas waktu yang seharusnya. Sehingga bunganya sudah berlipat ganda. Rumah yang satu-satunya inipun hendak disitanya. Dan itupun belum juga akan menutupi hutang kita Sitty.


SITTY

Iya, ayah. Sitty paham, ayah.


AYAH

Panjang cerita segelas kopi, direntang masa setinggi bulan. Bersilat lidah di perbincangan, berkecamuk darah dalam dada.

Ah. Hutang kita seperti memotong rumput di tengah padang. Potong dipotong tumbuh jua. Bunganya menjulang menyentuh lutut. Tiap melangkah terjatuh pula menyentuh tanah.


SITTY

Sitty mengerti, ayah. Jual gabah di tengah pekan, gabah dibawa dengan bendi. Kalaulah susah sama kita pikirkan, nak lapang jua beban di hati. Ayah, apa yang bisa Sitty perbuat untuk itu, Ayah.


AYAH

(KEMBALI MENARIK NAFAS, KEMUDIAN MENGGELENGKAN KEPALA)

Daunmu terlalu hijau. Berputik sudah, berbunga belum. Harumnya belumlah melintas pagar.


SITTY

Maksud ayah....?


AYAH

Sitty, hutang emas dibayar emas ? Hutang budi dibayar budi ? Tapi, lain dengan Datuk Maringgih. Seluruh hutang kita padanya, tidak berguna pepatah demikian. Datuk ingin mempersuntingmu. Maka, lepaslah hutang yang selilit pinggang.


SITTY

(TERKEJUT)

Dengan Sitty, ayah !? Datuk Maringgih !?


AYAH

Itulah jalan yang ia pintaskan agar terlepas dari segala hutang.


SITTY

Tidak, ... tidakkah ada jalan lain, ayah ?


AYAH

Kalaulah umur ayah masih panjang, dan tenaga berisi di badan. Tentu ayah tidak akan memberi tahu kamu, Sitty.


SITTY

Tapi, ... Sitty belum ...


AYAH

Sitty, Ayah paham kalau kamu belum punya timbangan yang kuat, Sitty. Timbangan yang bagus tidak berat sebelah. Berlebih semata ditentang dengan pikiran. Selepas kamu lulus sekolah nanti, Datuk Maringgih hendak menjatuhkan hari.


SITTY

(TERDIAM LAMA SEPERTI BERPIKIR)

Ayah, bolehkah Sitty mohon diri Ayah? Sudah berat kelopak mata. O, ayah istirahatlah dahulu.


SITTY KELUAR MENINGGALKAN AYAHNYA.

LAMPU MENYURUT.



BAGIAN III.


PENTAS KEMBALI MENGGAMBARKAN SESUDUT JALAN. PEDAGANG MENUNGGU ANAK-ANAK PULANG SEKOLAH.


DATUK MARINGGIH MASUK BERSAMA PENDEKAR LIMA—ASISTEN, JUBIR SEKALIGUS PENGAWALNYA.


DATUK

Sudah keluar anak sekolah itu ?


PEDAGANG

O, belum Tuan. Mungkin sebentar lagi. Coba lihat arlojinya (MENARIK TANGAN DATUK, MELIHAT ARLOJI). Baru pukul lima lewat sedikit. Lihat, baru sedikit lewatnya. Sekolah bubar pukul setengah enam. Ya, setengahnya saja. Sebentar lagi. Sabar, sabar. Silahkan duduk dulu. Santai dulu. Dan saya punya onde-onde, enak rasanya. Silahkan dicoba. Kalau tidak percaya lihat saja nanti. Seorang gadis cantik akan memborong onde-onde ini, Sitty Noerbaja gadis....


DATUK

Sitty Noerbaja?!


PEDAGANG

Tepat sekali. Gadis manis, semanis tebu, suka onde-onde. Dia bilang onde-onde lebih hebat dari makanan import manapun. Eh, apa Tuan menunggu Sitty Noerbaja ?


DATUK

Ya. Saya menjemputnya.


PEDAGANG

Berarti Tuan ini keluarganya Sitty, kakeknya barangkali ?


PENDEKAR LIMA

Heh! Jangan asal bicara ya!


PEDAGANG

Bapaknya?


PENDEKAR LIMA

Datuk ini bukan bapaknya.


PEDAGANG

Jadi, pamannya begitu?


PENDEKAR LIMA

Huhh ! Tidak kata saya !


PEDAGANG

Kakek bukan, bapak tidak, paman juga salah. Tapi ke sini untuk menjemput Sitty. Nah, berarti Tuan ini sopir pribadinya nona Sitty.


PENDEKAR LIMA

Hei ! Mau kakek, kek. Mau bapak, kek. Mau paman, kek. Apa urusanmu ! Urus saja onde-ondemu itu.


PEDAGANG

O. Oke, oke. Maafkan saya. Tidak akan saya urus lagi. Ya, bukan urusan saya. Tapi ingat, sekedar informasi. Bagi saya, Sitty berarti onde-onde, seperti onde-onde. Lembut di luarnya, manis di dalamnya. Dia ramah sekali....


DATUK

(KEPADA PENDEKAR LIMA)

Coba kau lihat kesana. Lama sekali keluarnya. Apa yang mereka perbuat di sekolah itu. Zaman saya sekolah tidak terlalu penting. Lihat saya, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk bisa hidup sejahtera. Cuma pakai akal-akalan. Kecil bahagia, muda foya-foya, tua sejahtera, mati masuk......


PENDEKAR LIMA

Itu dia, Datuk. Menuju kesini. Anak sekolah keluar seperti kambing lepas dari kandang. Tapi, Sitty bergandengan Datuk.


DATUK

Bergandengan ! Dengan siapa !?


PENDEKAR LIMA

Dengan laki-laki. Mesra sekali mereka.


DATUK

Siapa laki-laki itu ? Hah ! Samsul Bahri. Anak Sutan Mahmud. Sudah melekat-lekat pula ia dengan Sitty.


SAMSUL, SITTY, BAHKTIAR DAN ARIFIN MASUK.


SAMSUL

Tuan Datuk Maringgih rupanya. ( MENGULURKAN TANGAN HENDAK BERSALAMAN TAPI TIDAK DIBALAS OLEH DATUK )


PENDEKAR LIMA

Oh, bersalaman dengan Datuk harus melalui saya. Saya asisten, jubir, sekaligus pengawal pribadi Datuk. Jadi segala apapun urusan dengan Datuk harus melalui saya.


DATUK

Selamat sore Sitty. Sedari tadi saya menunggu. Niat di hati hendak menjemputmu. Mobil sudah saya persiapkan. Mari, kita berkeliling menikmati senja yang menarik ini. Bagaimana kalau kita ke tepi laut, mencari angin segar sambil makan rujak atau jagung bakar. Setelah itu kita ke plaza mencari oleh-oleh untuk ayahmu.


SITTY

Ah, eh. O. Mmmh ... Datuk !?


DATUK

Ayo Sitty, mari. ( MENARIK TANGAN SITTY )


SAMSUL

Ada apa ini Datuk ?


PENDEKAR LIMA

Bukan urusan kamu !


SAMSUL

Ini jadi urusan saya.


PENDEKAR LIMA

Oi, urus saja dirimu sendiri, kalau tidak mau berurusan panjang dengan saya !


SAMSUL

Tapi jangan main ... !


SITTY

Tenang Sam. Ini urusan saya. Pulanglah dulu bersama Bachtiar dan Arifin. Saya mau bicara sebentar dengan Tuan Datuk.


SAMSUL

Tapi, Sitty. Kamu...


SITTY

Sam, saya mohon pengertian kamu.


PENDEKAR LIMA

Nah, kamu dengar tidak ? Sitty menyuruhmu pergi dari sini. Tunggu apalagi, menunggu kena usir, ya ?


BACHTIAR

Enak saja main usir. Ini tempat umum tahu.


PENDEKAR LIMA

Kamu juga mau turut campur urusan ini, ya ? Mau tahu prosedur berurusan dengan saya ?


ARIFIN

Op, op, op. Menurut pendapat saya lebih baik kita mengalah. Mundur. Ayo. Sitty, kami duluan. Jaga diri baik-baik.


SAMSUL, BACHTIAR DAN ARIFIN PERGI DENGAN KESAL.


SITTY

Datuk. Apa maksud Datuk menjemput saya ?


DATUK

Saya bermaksud baik Sitty. Mulai hari ini saya, eh, aku, akan menjemputmu. Sebagai seorang calon induk berasku, alangkah menyenangkan kita bertemu setiap saat. Biar kita merasa dekat. Bukan begitu hendaknya ?


SITTY

Siapa yang menyuruh Datuk melakukannya ?


DATUK

O, tidak siapa-siapa. Ini aku lakukan tulus dan murni dari hati nuraniku sendiri.


PENDEKAR LIMA

Ah, tidak usah pakai menolak segala. Turuti sajalah. Datuk akan membuat hari-harimu bahagia.


DATUK

Saya tidak menyuruhmu bicara !


SITTY

Datuk. Saya tidak pernah meminta untuk dijemput, Datuk.


DATUK

Sitty, semua sudah saya perhitungkan dengan ayahmu, Sitty. Tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan.


SITTY

Tuan Datuk. Ini bukan hitungan matematik, Tuan. Sebagai seorang yang jauh lebih dewasa, tentu Tuan lebih paham dunia ini.


DATUK

Ah, kau kan bukan lagi anak kecil yang tidak bisa menentukan langkahmu sendiri. Sudah tujuh belas tahun. Tentu kau mengerti Sitty.


SITTY

Jalan saya masih panjang Datuk. Saya belum berpikir melangkah sejauh ini. Alangkah bagusnya Datuk mencari perempuan yang lebih dari saya. Lebih pantas, lebih pas menjalankan hidup dengan Datuk.


DATUK

Apalagi yang kamu cari setamat sekolah ini, Sitty ? Lebih baik lakukan langkah besar. Apalagi, kamu perempuan. Bukankah perempuan itu hanya ; sumur, dapur, dan kasur.


SITTY

Tuan. Hendaklah Tuan berpikir baik. Baik untuk Tuan, dan juga baik untuk saya.


PENDEKAR LIMA

Ini sudah yang terbaik Datuk lakukan untuk kamu dan Ayahmu, Sitty. Apakah kamu senang melihat ayahmu sakit-sakitan memikirkan...


SITTY

Tentang hutang Ayah saya pada Datuk, saya berharap Datuk sabar. Berilah saya kesempatan. Tunggu saya menyelesaikan sekolah saya dulu. Saya akan berusaha, bekerja mencari uang untuk membayarnya.


PENDEKAR LIMA

Heh ! Mau kerja apa kamu Sitty ? Tidak gampang mencari pekerjaan di jaman sekarang ini. Kerja di kantor ? Di Bank ? Jangan mimpi Sitty. O, barangkali kamu bisa jadi babu, buruh kasar, atau kamu jadi pekerja ... pekerja seks komersil.


SITTY

(MENAHAN AMARAH)

Saya tidak bicara demikian Tuan-tuan.


DATUK

Pendekar Lima. Saya tidak suruh kamu bicara. Diam saja di sana.

Jadi, kamu keberatan dengan aku Sitty ?


SITTY

Maafkan saya Tuan Datuk.


DATUK

Saya tidak main-main Sitty.


PENDEKAR LIMA

Tidak tahu diuntung pula kau rupanya. Ingat. Hutang ayahmu dengan Datuk sudah terlalu banyak. Mau dibayar dengan apa lagi ? Ayahmu sudah menjual seluruh perusahaan dagangnya. Untuk bunganya saja itu pun belum cukup. Ayahmu sudah mulai bicara sendiri memikirkannya. Lebih baik kau bayar lunas dengan ...


SITTY

Hutang emas dibayar emas, Tuan.


PENDEKAR LIMA

Jadi kau kemanakan perbuatan baik Datuk selama ini pada ayahmu ?


SITTY

Saya akan selalu mengingatnya. Tidak akan saya lupakan, bahwa Datuk adalah seorang yang baik. Bahkan terlalu baik.


PENDEKAR LIMA

Nah, tunggu apa lagi ?


SITTY

Namun, keinginan Datuk terhadap saya, apakah baik buat saya ?


PENDEKAR LIMA

Jelas sangat baik. Niat baik Datuk tidak akan ada yang menghalangi.


SITTY

Belum tentu, Tuan. Kalau Tuhan berkeinginan lain, tidaklah boleh mendahului yang di atas.


DATUK

Hhh. Jangan bermain-main, apalagi mempermainkan saya. Jadi kamu menolak saya ? Saya tidak pantas untuk kamu, begitu ? Lalu, siapa yang pantas ?


PENDEKAR LIMA

Samsul Bahri tentu telah mempengaruhi otaknya.


SITTY

Tidak baik menyangkut – pautkan persoalan ini dengan orang lain, Tuan. Samsul tidak tahu apa-apa dengan masalah ini.


PENDEKAR LIMA

Jangan bersilat lidah, Sitty. Sejak kapan kau berhubungan dengan dia? Sudah sejauh mana? Jangan-jangan kau telah melakukan......


SITTY

Cukup Tuan. Persoalan ini hanya antara keluarga saya dengan tuan Datuk.


DATUK

Baik, baik. Sitty ! Silahkan kamu berpikir baik-baik sekarang. Baik untuk kamu serta ayahmu. Terserah ! Saya tunggu keputusanmu.


SITTY

Sekali lagi, saya mohon maaf dan berharap Tuan mengerti. Maafkan atas kelancangan saya. Saya mohon diri dulu, Tuan. Saya pulang.


SITTY KELUAR


PENDEKAR LIMA

Keras kepala juga dia !


DATUK

Keras hati, pendekar.


PENDEKAR LIMA

Keras hatinya pada Samsul Bahri.


DATUK

Mmmh. Hehehe ... Samsul Bahri !? Tampaknya dia akan menjadi batu sandungan bagi langkah saya. Tapi dia bukan masalah yang besar. Pendekar, ke sini !

(MEMBISIKAN SESUATU. PENDEKAR MENGANGGUK-ANGGUK)


PENDEKAR LIMA

Ide yang usul. Tapi...


DATUK

Tapi bagaimana ?


PENDEKAR LIMA

Begini Datuk, apakah setelah ini dilakukan Sitty akan mau dengan Datuk ? Tentu dia akan tambah sulit didekati. Lebih baik langsung Sitty saja, Datuk.


DATUK

Kamu gila ya ! Tujuan saya itu jelas-jelas Sitty. Kenapa Sitty pula yang dijadikan sasaran. Goblok ! Sekarang gunakan otakmu, bagaimana caranya.


PENDEKAR LIMA

O. Baik. Begini (BEBICARA PELAN DENGAN DATUK, SESEKALI MENUNJUK KE ARAH PEDAGANG)


DATUK

Bagus, bagus. Sekarang gunakan bibirmu itu kesana.


PENDEKAR LIMA MENDEKATI PEDAGANG.


PEDAGANG

Eh, Tuan. Kelihatan serius sekali pembicaraan tuan-tuan dengan Nona Sitty. Sehingga Ia tidak sempat menikmati onde-onde saya. Rejeki saya jadi hilang begitu saja.


PENDEKAR LIMA

Ah, biasalah. Kami ini memiliki sebuah Production House yang sedang menggarap sebuah film baru. Pembicaraan tadi itu, kami menawarkan sebuah peran pada Sitty Noerbaja. Tapi dia masih ragu. Pikir-pikir dulu katanya (MEMAKAN SEBUAH ONDE-ONDE) Mmmh..onde-ondenya enak sekali.


PEDAGANG

Tuan mengajak Sitty main film ? Dia menolaknya ?


PENDEKAR LIMA

O, Belum. Sitty belum memutuskannya tadi.

(MEMATUT-MATUT GEROBAK PEDAGANG)

Selain dengan Sitty, sepertinya kita juga bisa berkerjasama.


PEDAGANG

Bekerjasama ? Tuan membutuhkan saya untuk main film ?


PENDEKAR LIMA

Ya. Kami membutuhkan gerobak Anda ini untuk setting sebuah adegan di film kami nantinya.


PEDAGANG

Aah..., masa cuma gerobaknya saja. Sayanya tidak. Memang apa judul filmnya ?


PENDEKAR LIMA

Mmmh. “Tidak Ada Apa-apa Dengan Cinta”.


PEDAGANG

Lho ! Kok pakai kata ‘tidak’ ?


PENDEKAR LIMA

Di situlah nilai jual film ini, lain dari yang lain. Film ini akan memperlihatkan bahwa tidak ada apa-apa dengan cinta. Persetan dengan yang namanya cinta. Nah, pengambilan gambar pertamanya akan dilakukan di sini. Sitty akan memainkan tokoh utamanya yang sedang menunggu kekasihnya sambil makan onde-onde.


PEDAGANG

Makan onde-onde ? Wah, cocok sekali dengan hobinya.


PENDEKAR LIMA

Karena itulah kami memberikan peran ini pada dia.


PEDAGANG

Semestinya saya juga diajak, dikasih peran. Saya ini kan sudah biasa melakukan adegan yang Tuan inginkan. Sitty pasti senang dengan saya sebagai lawan mainnya.


PENDEKAR LIMA

Sayang, wajah Anda itu tidak Kameragenik


PEDAGANG

Apa maksudnya ?


PENDEKAR LIMA

Wajah Anda itu tidak menarik jika di shoot dengan kamera. Itu akan merusak citra film ini di mata penonton nantinya. Jadi saya cuma pakai gerobaknya saja. Bagaimana? Mau tidak? Kami hargai ( MEMBERI PENJELASAN DENGAN TANGAN SAMBIL BERBISIK ).


PEDAGANG

Ah, cuma segitu ? Biasanya seorang produser itu sangat royal. Apalagi untuk sebuah adegan penting.


PENDEKAR LIMA

Tenang, sesudah pengambilan gambar adegan ini akan saya tambah. Dua kali lipat, bagaimana ?


PEDAGANG

Nah, begitu. Kerjasama disepakati. Tapi.....


PENDEKAR LIMA

( HENDAK BERBALIK KE TEMPAT DATUK ) Apa lagi !?


PEDAGANG

Tadi kata Tuan, Nona Sitty belum memastikan dirinya untuk.......


PENDEKAR LIMA

O. Itu bukan urusan kamu. Nanti akan kami hubungi lagi dia. Cuma persoalan nilai kontrak. Dengan nilai yang lebih tinggi, pasti Sitty tidak akan sanggup menolaknya.

( MENUJU DATUK )


DATUK

Bagaimana, Pendekar ?


PENDEKAR LIMA

Beres, Datuk. Semua sudah saya persiapkan


DATUK

Bagus. Tidak percuma kau kuangkat jadi jubir, bibirmu tak kalah cepatnya dengan otakmu. Setelah Samsul dibereskan, tidak ada lagi halangan bagi saya menuju Sitty. Oh, Sitty ( SERAYA MENERAWANG ).



BAGIAN IV.

SEORANG PEDAGANG PALSU SURUHAN PENDEKAR LIMA TELAH SIAP DI TEMPAT ITU. IA MONDAR-MANDIR MENUNGGU ANAK-ANAK SEKOLAH KELUAR.


SITTY MASUK, HERAN MELIHAT PEDAGANG ITU.


PEDAGANG PALSU

O. Mmh, nona pasti Sitty Noerbaja.


SITTY

Betul. Tapi bapak ini siapa ? Biasanya kan pak Amat yang berjualan dengan gerobak ini.


PEDAGANG PALSU

Saya ini... anu, maksud saya, saya ini saudara dari isterinya si Amat yang biasanya berjualan di sini. Berhubungan si Amatnya ada urusan ke situ...., maksud saya ke....kampung isterinya itu, saya diminta untuk menggantikannya. Daripada tidak untung....Eh, maksud saya daripada merugi, lebih baik saya yang menjual-jual dagangannya hari ini. Katanya dia ada......


SITTY

Ada apa, Pak ?


PEDAGANG PALSU

Ah, entahlah. Tidak tahu saya. Pokoknya anu. Penting !


SITTY

Maksud bapak urusan penting.


PEDAGANG PALSU

Nah, betul. Seperti yang Nona maksudkan tadi.

Yang penting bagi saya itu, si anu, maksud saya, teman Nona yang bernama Samsul itu .


SITTY

O, Samsul Bahri. Dia belum keluar. Sebentar lagi. Saya biasa menunggunya di sini.

Ada perlu apa bapak dengan Samsul ?


PEDAGANG PALSU

Begini. Saya ini di...., maksud saya ada sesuatu yang akan saya......


SITTY

Maksud bapak ada yang ingin bapak sampaikan pada Samsul ? Katakan saja pada saya, nanti saya sampaikan pada Samsul.


PEDAGANG PALSU

Ooo...tidak bisa, maksud saya tidak usah. Biar saya saja. Ini juga penting Nona.


SITTY

Memangnya siapa yang berpesan ?


PEDAGANG PALSU

Si itu..., si anu, maksud saya.......


SITTY

Pak Amat ?


PEDAGANG PALSU

Iya, ya, seharusnya saya bilang begitu. Hehehe........


SEMENTARA PEDAGANG PALSU ITU MENUNGGU SAMSUL, SITTY MENGAMBIL BEBERAPA BUAH ONDE-ONDE DARI GEROBAKNYA.


SITTY

Pak, Saya beli onde-ondenya. Ini uangnya.


PEDAGANG PALSU

Ha! Onde-onde ? Nona Sitty membeli onde-onde ini untuk siapa ?


SITTY

Ya buat saya.


PEDAGANG PALSU

Tapi ini tidak untuk........


SITTY

O, tidak untuk dijual, begitu ? Apa bapak tidak mau uang ?


PEDAGANG PALSU

Uang ! Mau saya. Ini saya lakukan karena uang.


SITTY

Nah, ini uangnya.


SITTY DUDUK MELEPAS LELAH . KEMUDIAN IA MEMAKAN SATU BUAH ONDE-ONDE.



PEDAGANG PALSU

( KESAMPING ) Aduh ! Celaka saya. Seharusnya Samsul, seperti yang disuruhkan pada saya. Nona memakannya ? ( PADA SITTY )



SITTY

Iya, kenapa ?


PEDAGANG PALSU

Ditelan ?


SITTY

( MENGANGGUK )


PEDAGANG PALSU

Enak ?


SITTY

Mmm, enak. Tapi gulanya terlalu manis dari yang biasa.

( MEMAKAN SEBUAH LAGI )


PEDAGANG PALSU

Yang itu ?


SITTY

Sama saja. Bapak ini kenapa ? Kalau bapak mau silahkan coba saja. ( MENYODORKAN ONDE-ONDE )


PEDAGANG PALSU

O. Tidak, tidak ! Saya tidak suka onde-onde. Onde-onde itu manis. Saya tidak boleh makan yang manis-manis. Kalau saya makan, saya akan batuk-batuk. Saya akan jadi pusing. ( SITTY MEMEGANG KEPALANYA SEPERTI KESAKITAN ) Nah, anak saya akan marah. Ia akan tambah pusing melihat saya. Ia akan kasak-kusuk mencarikan saya obat. Pernah saya pusing sekali gara-gara makan dodol yang juga sama manisnya dengan onde-onde. Saya jadi terbatuk-batuk, nafas saya sesak sekali ( SITTY MEMEGANG DADANYA KARENA SESAK NAFAS ) Hampir-hampir saya tidak kuat lagi. Untung anak saya segera membawa saya ke Puskesmas. Kata anak saya, puskesmas itu kependekan dari; pusing, kepala sakit dan masuk angin. Susternya menyuntik saya disini ( MENUNJUK BAGIAN PAHANYA ) Sakit. Tapi, setelah itu saya bisa sembuh. Kalau tidak, saya bisa mati.( SITTY SUDAH TERDIAM BEGITU SAJA.TERKAPAR ) Saya ini belum ingin mati. Saya ingin hidup seribu tahun lagi. Nona takut mati ? ( MENOLEH KEPADA SITTY ) Nona ? Nona ! Bangun nona. Nona, bangun. Wah, celaka. Aduh, seharusnya Samsul. Kalau tidak, saya tak dapat uang. Aduh, nona ini ( MENDEKATKAN TANGAN PADA HIDUNG SITTY ) Haa ! Tidak ada anginnya. Puskesmas, puskesmas ! Tolong ! Tolong ! Ah, kalau orang-orang datang hancur saya. Aduh, bagaimana ini !?.


SAMSUL, BAKHTIAR DAN ARIFIN MASUK


SAMSUL

Sitty !?


BAKHTIAR

Sitty kenapa !?


ARIFIN

Ada apa dengan Sitty !?


SAMSUL

Hah ! Tidak usah bertanya lagi. Cepat angkat. Bawa ke rumah sakit.


MEREKA KELUAR MEMBOPONG TUBUH SITTY. DARI ARAH LAIN DATUK MARINGGIH DAN PENDEKAR LIMA MASUK.


DATUK

Bagaimana ?


PEDAGANG PALSU

Wah. Aduh, celaka ! Sitty !


DATUK

Kenapa Sitty ?


PEDAGANG PALSU

Onde-onde, maksud saya Sitty makan onde-ondenya. Sudah saya larang, tapi ia terus saja. Mau apa lagi. Kalau saya katakan ada racunnya tidak mungkin. Sekarang Sitty diangkut ke...


PENDEKAR LIMA

Diangkut ke rumah sakit ? Cepat bapak lihat kondisinya ! Segera balik, kami tunggu di sini !


PEDAGANG PALSU KELUAR MELIHAT SITTY


DATUK

Haahhh ! Kenapa bisa jadi seperti ini ? Kacau ! Yang saya perintahkan bunuh Samsul Bahri. Kalau Sitty mati, percuma semuanya !


PENDEKAR LIMA

Ini kesalahan teknis, Datuk.


DATUK

Ini kesalahan kamu ! Menyuruh orang yang tidak bisa diandalkan ! Apa tidak ada yang lebih punya akal !


PENDEKAR LIMA

Kalau orang berakal mungkin tidak mau melakukannya, Datuk.



DATUK

Sudah! Jangan mencari alasan lagi. Apa yang harus kita lakukan ? Kita dalam keadaan bahaya. Sebaiknya kita pergi dari sini.


PENDEKAR LIMA

Kita tunggu laporan dari orang tadi dulu Datuk.


DATUK

Untuk apa lagi ?


PENDEKAR LIMA

Mengetahui keadaan Sitty, ia mati atau tidak.


DATUK

Mati atau tidak, tidak perlu lagi saat ini. Kasus ini pasti diusut. Sekaranglah waktu yang tepat untuk menghindar. Ayo !


LANGKAH DATUK TERHENTI KARENA SAMSUL DATANG.


SAMSUL

O. Ternyata langkah saya tak kurang dan tak jua lebih. Hendak ke mana tuan-tuan ? Tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya, ya ! Begitu ? Sitty sekarang dalam keadan koma, Dokter telah mengetahui penyebabnya. Tidak ada alasan untuk tidak menuduh Datuk sebagai dalangnya.


DATUK

Jangan asal tuduh ! Kamu ingin mencemarkan nama baik saya, ya !?


PENDEKAR LIMA

Oi, anak muda. Apakah kau punya bukti otentik kalau bicara!?


SAMSUL

Bukti? (MENGODE DENGAN TEPUKAN TANGAN)


BAKHTIAR MASUK MEMBAWA PEDAGANG PALSU


SAMSUL

Siapa yang menyuruh bapak untuk meracuni Sitty? (KEPADA PEDAGANG PALSU)


PEDAGANG PALSU

Itu, Situ. Maksud saya orang itu (MENUNJUK PENDEKAR LIMA)


SAMSUL

Berapa bapak dibayarnya?



PEDAGANG PALSU

Tadi saya dikasihnya uang segini (HENDAK MENGELUARKAN SELURUH ISI SAKUNYA). Janjinya saya akan dikasih uang banyak, satu juta katanya. Jadi saya mau. Perintah cuma menyerahkan onde-onde itu pada Samsul Bahri. Samsul Bahrinya tidak ada. Tapi Nona Sitty membeli onde-onde itu dan mengasih saya uang.


SAMSUL

Maksud bapak ?


PEDAGANG PALSU

Aduh, ini sudah tiga kali saya jelaskan pada kalian !


BAKHTIAR

Jadi tidak usah berkelit lagi dari kami, Datuk !


SAMSUL

Datuk hendak meracuni saya agar Sitty bisa jatuh ke tangan Datuk ? Terlalu sempit jalan pikiran datuk. Tidak semua orang bisa Datuk bodoh-bodohi. Zaman sudah bertukar, Datuk ! Nah, sekarang kau harus me......


ARIFIN MASUK DENGAN RAUT MUKA TEGANG BERCAMPUR TANGIS.


ARIFIN

Sitty sudah mendahului kita.


SEMUA

Sitty !?


SAMSUL

Gaek keparat ! ( HENDAK MENYERANG DATUK )


DATUK

Lari !


PENDEKAR LIMA

Kita hadapi saja, saatnya perhitungan terakhir, Datuk !


BAKHTIAR

Oooooooiii ! Babi hutan masuk ke ladang !


BEBERAPA ORANG SISWA MASUK MEMBAWA BENDA-BEDA KERAS DI TANGAN. MEREKA LANGSUNG MENYERANG SEHINGGA TERJADI TAWURAN.

“Bagi saya.”

“Ini. Hajar !”

“Kubunuh kau, anak ingusan !”

“Ayo, pak tua !”

“Beraninya keroyokan !”

“Sudah biasa, Datuk !”

“Ekstrakurikuler !”


DALAM PERISTIWA TAWURAN ITU SAMSUL BAHRI TEWAS TERTUSUK BELATI OLEH DATUK, SEDANGKAN DATUK MARINGGIH TEWAS DIKEROYOK SISWA DENGAN BATU.


“Samsul !?”


KAWAN SAMSUL MENGANGKAT TUBUH SAMSUL KELUAR. PENDEKAR LIMA DAN PEDAGANG PALSU MELARIKAN DIRI.



BAGIAN V.


DI SUDUT JALAN BEBERAPA HARI KEMUDIAN, SEORANG LAKI-LAKI BERPAKAIAN LUSUH DUDUK DI HALTE. IA TENGAH BERBICARA SEORANG DIRI.


AYAH

Sitty...kembalilah Sitty...dst.


SUARA-SUARA

Sitty di sini Ayah. Menjelma gunung. Orang-orang mendaki, seperti mendaki mimpi. Sitty melihat mimpi itu, Ayah. Bintang jatuh ke samudera jiwa, jiwa lepas dari tubuh....


AYAH

Kemarilah, sayang. Maafkan Ayah, kemarilah...peluk Ayah....dst.


SUARA-SUARA

Sitty di sini Ayah. Serupa jembatan, antara masa lalu, masa kini, dan masa datang. Jembatan waktu yang melingkar, metamorfosis. Orang-orang melintas, datang, singgah, pergi, dan menghilang.


AYAH

Jangan cengeng, Sitty ! Ayo, berdiri. Ayo! Bangun, nak. Lepaskan kemanjaan...dst.


SUARA-SUARA

Sitty jadi muara, Ayah. Tempat segalanya berakhir. Akhir dari kepedihan, akhir dari segala dendam. Akhir dari mimpi-mimpi yang dihanyutkan orang dari hulu, dari masa lalu. Telah jadi kisah, Ayah. Yang melahirkan seribu tafsir.... Meski kita tidak pernah tahu kapan episode ini berakhir....


LAMPU PERLAHAN MENYURUT. PADAM.


SELESAI