Iklan Atas

Blogger Jateng

5 Tips Penting Membuat Cerpen Juara untuk Pemula



KITA harus mampu mengetahui apa tujuan utama kita; kenapa kita harus menulis dan apa tujuan sebenarnya kita dalam menulis?. Setiap orang pasti punya tujuan berbeda, semakin kuat tujuannya maka kita akan semakin cepat berjalan, semakin cepat sampai, semakin kuat menghadapi rintangan-rintangan menulis mulai dari rasa malas, writer block, penolakan, dan lain-lain.

Tujuan utama menulis bermacam-macam. Selagi kamu menulis tanpa tahu tujuan yang jelas, maka akan mudah menyerah, mudah dan akhirnya berhenti menulis. Jika sampai berhenti menulis, berarti ada yang salah dalam tujuan utamamu?

Disini kamu akan diberikan sedikit pertanyaan yang mungkin akan membantumu menemukan tujuan utama dalam menulis.

Apakah Anda menulis karena suka menuangkan emosi, seperti galau, patah hati, atau marah?


Jika benar, lanjutkanlah. Menurut penelitian, orang yang suka menuangkan emosinya dalam tulisan akan punya emosional yang lebih terkontrol. Lebih awet muda dan juga mengurangi stress. Banyak sekali penulis yang mampu mengontrol emosinya, karena kebiasaan mereka menuangkan emosi dalam sebuah tulisan.

Apakah kamu menulis ingin mendapatkan pahala yang terus mengalir dan tak terputus?

Jika benar, lanjutkanlah. Tahukah anda bahwa Universitas Muhammadiyah Maluku Utara itu berawal dari tragedi di Halmahera pada tahun 1999-2000. Tragedi yang menelan banyak korban itu membuat seorang relawan bernama Kasman Ahmad dan Herman Oesman berupaya menulis buku dengan melibatkan tokoh-tokoh nasional.

Dan hasil penjualan buku itu akhirnya di gunakan untuk membuat sekolah darurat dan yang akhirnya sekolah tersebut sekarang telah menjadi Universitas besar dengan ribuan alumninya. Jadi, bisa di bayangkan seberapa banyak amal yang mengalir, karena salah satu amal yang tak terputus adalah ilmu yang bermanfaat.

Apakah kamu menulis ingin kaya dan terkenal?

Jika benar, lanjutkanlah. Mungkin tak banyak yang tahu bahwa penulis juga bisa menjadi milyarder. Sebenarnya banyak sekali penulis yang telah menyentuh angka itu. Akan tetapi, penulis selalu menonjolkan sisi kesederhanaannya.

Karena banyak penulis, tentunya sudah berdamai dengan hatinya, berdamai dengan rasa gengsi dan menjadi jiwa penuh inspirasi dan hikmah. Tak salah mereka menampilkan kesederhanaan dibanding harus pamer kekayaan. Puluhan penulis terkenal di Indonesia banyak yang sudah menyentuh penghasilan milyaran itu hanya dari royalty satu bukunya saja, belum buku yang lain atau seminar-seminar yang lain.

Sebenarnya masih banyak lagi tujuan utama yang lain, jika kita ingin mencari, Setelah kita memiliki tujuan utama yang kuat maka barulah kita bisa menulis. Dan menjadikan menulis bagian dari hidup kita. Ada pesan sederhana yang di sampaikan oleh pepatah terkenal yaitu “Luangkan waktu untuk menulis jangan menulis diwaktu luang.”

Jika kita tidak meluangkan waktu untuk menulis, kita tidak akan pernah menulis, Karena saat waktu luang kita pasti akan memberikan banyak waktu kita untuk bersenda gurau, main game, nonton film. Pakai media sosial dan lain sebagainya. Disini kita harus menanamkan ke alam bawah sadar kita untuk “Meluangkan waktu untuk menulis jangan menulis diwaktu luang.”

Dengan menulis kita juga bisa berkreasi dan berimajinasi sekaligus mendapatkan royalti. Sering-seringlah mengikuti event menulis, salah satunya adalah lomba menulis cerpen. Sangat banyak sekali event-event menulis cerpen di Indonesia ini, baik online maupun offline karena hadiah yang ditawarkan biasanya cukup besar.


5 TIPS PENTING UNTUK MEMBUAT CERPEN JUARA DI PERLOMBAAN EVENT

1. Hipnotis Pembaca di Paragraf Pertama

Dibawah ini adalah potongan 4 paragraf pertama dari masing-masing cerpen yang diambil sebagai contoh. Tujuannya adalah sebagai komparasi, membandingkan antara cerpen-cerpen tersebut.

Cerpen pertama

“Di sebuah desa hiduplah seorang anak yang bernama Rayhan, ia hidup sendiri karena orangtuanya telah meninggal ketika Rayhan berusia 13 tahun.” (Pelangi)

Cerpen kedua

Perkenalkan namanya Lestari Novianka, dia dipanggil Novi, dia kelas 1 di SD MUTIARA 1. Suatu hari Novi melihat mamanya memakai lipstik warna merah, tapi sebenarnya Novi sudah sering melihat mamanya memakai lipstik, Novi pun terus memerhatikan mamanya yang sedang berdandan sampai mamanya selesai berdandan.
“Eh ada Novi, mama mau pergi arisan dulu ya nov, kamu di rumah sama kakak ya, mama gak lama kok.” kata mama yang baru keluar dari kamar. “iya ma.” kata novi, mamanya pun pergi arisan. (Lipstik Merah Mama)

Cerpen ketiga

Gaduh penolakan meledak seperti bom di tengah ruangan rapat itu. Malam itu Kampung Karanongko mengadakan musyawarah pembangunan masjid. Sudah lama memang kampung Karangnongko memimpikan tempat ibadah yang lebih luas dan layak, bangunan indah tempat berdoa secara khusyuk dan berharap bertemu segala kebaikan.

Kini cita-cita itu akan lekas terwujudkan, mengingat tempat ibadah yang acap mereka gunakan sebelumnya hanyalah mushala kecil. Itu pun milik tetangga kampung. Dan mereka harus menyeberangi sungai terjal serta licin terlebih dahulu. Belum lagi apabila air sedang naik, mereka harus berpikir dua kali untuk mengunjunginya.”
(Burung-burung Membangun Masjid)

Cerpen keempat

”Dreilandpunkt. Drielandpunt. Aux Trois Bornes.” Dengan lafal yang ganjil, aku terbata-bata membacakan kata-kata yang terpatri di semacam koin berbentuk lonjong yang ditemukan cucuku. Membolak-balik benda pipih yang terbuat dari perunggu itu, kubujuk dia: ”Ini bukan mata uang, sayang. Atok peroleh dengan memasukkan uang logam sungguhan ke dalam sebuah mesin mekanik. Memutar engkolnya. Dan keluarlah tanda mata ini. Oleh-oleh untukmu dari titik pertemuan batas negara antara Jerman, Belanda, dan Belgia, yang masih terselip di sakuku.” (Asrama dan Kematian di tiga Negara)


Dari keempat pembuka cerpen di atas, terasa berbeda bukan? Kira-kira apa yang paling membedakan? Dipikir dulu matang-matang, coba baca lagi. Apakah sudah terasa bedanya?

Betul sekali, Nilai Emosinya berbeda, dua cerpen pertama memulai dengan penggambaran dan pengenalan. Kalau cerpen ke 3 dan 4 langsung memberikan konflik.

Hampir semua penulis professional seperti Raditya Dika, Helvy Tiana Rossa dan lainnya memberikan pemahaman bahwa paragraf pertama itu seperti pandangan pertama, jika pembaca sudah langsung jatuh cinta pada bacaan pertamanya, ia pasti akan terus membaca itu hingga selesai.

Meski bukan ukuran mutlak bagusnya cerpen itu di \mulai dengan konflik, akan tetapi bagi penulis pemula, tips ini bisa dipakai untuk menarik minat pembaca atau dewan juri, dalam lomba cerpen yang diiikuti.

Berikut gambaran kutipan awal cerpen lainnya sebagai contoh:

“Dobrakan keras itu pun akhirnya mampu membuka pintu kamarku. Sosok hitam itu terlihat jelas di depanku. Namun, ia tampak sedikit bingung karena tak menemukan siapa pun didalam kamar. Ia langsung berlari ke arah jendela dan melihat keluar dengan pandangan liar. Aku yang masih berdiri, tentu tidak mungkin bisa melompat dari jendela lantai dua. Terlalu berisiko kalau nekat melakukannya. Namun, kini ia benar-benar bingung tidak bisa melihatku. Akan tetapi, aku masih bisa melihatnya dengan jelas.” (Warisan Hujan)

Bagaimana? Kalian penasaran dengan lanjutan ceritanya? Hehe. Sabar, ya? Poinnya adalah, buat sebuah pertanyaan besar untuk pembaca di awal paragraf, maka kalian bisa menghipnotis pembaca untuk menyelesaikan bacaannya. Tentu saja, ada beberapa pengecualian dalam point ini. Penulis yang sudah memiliki fans dan pembaca, tidak akan memperdulikan point ini karena pasti mereka akan membaca karya idolanya sampai habis apapun itu yang terjadi.

Jadi, mulailah melatih membuat paragraf pertama yang menghipnotis. Banyak membaca cerpen-cerpen. Membaca cerpen itu minimal dua kali, pertama untuk menikmati, yang kedua untuk mengkritisi. Lambat laun kemampuan kalian pasti akan meningkat.

2. Hidupkan Suasana Ceritamu

Setelah kita menghipnotis pembaca di paragraf pertama kita, tentunya kita tidak mau kan jika tiba-tiba pembaca merasa bosan di tengah-tengah dan berhenti membaca cerita kita.

Salah satu cara membuat cerpen menarik adalah dengan menghidupkan suasana cerita. Latar dan seting dengan mamkai pemilihan kata dan diksi yang bagus.

Kita bisa memberikan efek film pada cerita kita, pembaca seakan-akan melihat cerita itu, masuk dalam bagian cerita.

Salah satu caranya adalah dengan mencontoh penulis-penulis hebat dalam menggambarkan detail sebuah tempat. Bandingkan dua contoh berikut ini:

Pagi yang cerah mengiringi hari ini, sinar mentari dengan hangat dan penuh kelembutan meresap dalam setubuh seorang kakek tua, ia begitu menikmati belaian hangat sang mentari.Dalam keterbatasan fisiknya, tak terlihat wajah kelemahan terpancar dari wajahnya. Padahal ia kini hanya dapat terduduk lemah di atas kursi rodanya, kakinya sudah tak dapat lagi menopang tubuhnya. (Setetes embun di pagi hari)

Bagaimana penulis disini mampu menggambarkan seorang kakek yang terduduk lemah di kursi roda dan suasana pagi secara bersamaan. Tentu sangat berbeda jika penyampaiannya terlalu klise. Termasuk pemberian detail dalam sebuah keadaan yang ditekankan membuat ceritamu lebih hidup.

Tapi ingat, terlalu detail dalam penceritaan juga akan membuat ceritamu berjalan lambat dan membosankan. Sehingga perlu adanya keseimbangan. Cukup detailkan pada beberapa adegan penting yang ingin kau buat, seperti:

  • Saat-saat sang anak yang lama mencari ibunya dan akhirnya mampu bertemu (Mengangkat perasaan “Rindu dan haru” kepada pembaca)
  • Saat-saat seseorang benar-benar meratapi kesalahanya yang telah dilakukan (mengangkat perasaan “Menyesal” bagi pembaca)
  • Saat-saat ia akan bangkit dari kekalahan dan keterpurukannya (Mengangkat perasaan “Semangat Juang” )
Intinya adalah, bagaimana kamu bisa membuat cerita itu terkesan hidup, namun juga tidak membosankan adalah sebuah teknik yang membutuhkan latihan dan praktik yang banyak.

3. Menghidupkan Tokoh

Hampir sama dengan cara menghidupkan suasana, kita bisa menghidupkan tokoh kita dengan memperjelas pemikirannya, apa yang sedang dia rasakan, bagaimana kehidupannya, apa kelebihannya, apa kekurangannya. Adakah kebiasaan yang khusus.

Biasanya sebagian tokoh memiliki ciri khusus misalkan si A yang cerewat, si B yang suka makan, si C yang cerdas si D yang bodoh tapi jago berkelahi, dan lain lain. Karakter hendaknya jangan disamakan, berikan kelebihan dan kekurangan. Sehingga cerita kita akan lebih hidup.

Penulis pemula biasanya tidak bisa membuat ciri khas perkarakter, seakan-akan semuanya memiliki sifat yang sama, hanya berbeda nama.

4. Twist Ending

Ending merupakan bagian yang paling dinanti. Ending secara umum dibagi menjadi 3 yaitu:

  • Happy ending.
  • Sad ending
  • Menggantung (Belum Jelas)
Setiap orang punya selera tersendiri. Tapi, kebanyakan pasti menginginkan happy ending. Ending yang paling baik adalah ending yang tidak bisa ditebak alurnya, atau akhir ceritanya setelah tokoh utama hampir-hampir tidak biasa bahagia. Dan yang paling bagus lagi adalah ternyata kelemahan dari tokoh utamalah yang menyelamatkan hidupnya.

Contoh:

Ada anak kecil yang memiliki suara tidak enak, bahkan setiap dia menyanyi banyak yang lebih menyarankan ia diam. Ini adalah kelemahan si tokoh utamanya.

Kelebihannya dia sangat sosialis dan suka membantu. Singkat cerita kotanya diserang zombie, dia harus berlari dan menyelamatkan diri naik kereta menghindari zombie. Hingga ia sampai di perbatasan kota.

Hanya satu cara agar ia bisa keluar dari kota itu. Ia harus masuk terowongan yang sangat gelap. Terowongan itu dipenuhi oleh zombie-zombie yang sudah mati tak bergerak. Saat ia masuk di terowongan yang sangat gelap itu. Ia berusaha menghibur dirinya dengan menyanyi. Sedangkan dari luar terowongan ternyata terdapat puluhan penembak jitu yang telah di siapkan untuk menembak zombie yang akan keluar dari terowongan. Saat salah satu penembak itu membidik kepala sang anak yang dikira zombie. Ternyata ia mendengar nyanyian sang anak itu. Dan ia tahu bahwa zombie tidak bisa menyanyi dan akhirnya membatalkan niatnya untuk menembak.

Anak itupun akhirnya bisa keluar dengan selamat sebab nyanyian yang selama ini dibenci orang-orang dan dianggap remeh.

Disini kita baru sadar bahwa kekurangan itupun bisa menjadikan ending yang baik. Di sinilah keistimewaannya.

5. Pesan dalam Cerpen

Langkah terakhir membuat cerpen adalah memasukkan unsur pesan bagi para pembaca. Dan pesan yang paling baik adalah yang timbul dari kesimpulan pembaca. Bukan dengan memberikan kata-kata mutiara atau ceramah.

Pesan yang masuk kedalam hati pembaca dengan jiwa cerita itulah yang akan membuat cerpenmu berbeda dengan cerpen lain.

Inilah kelima tips menulis cerpen juara, sebaik apapun materi dan teori yang kita miliki tidak akan berguna tanpa adanya praktik.

Mulailah membuat cerpen, mulailah menulis, apapun itu, menulis kegalauan, menulis berita, ataupun gosip-gosip yang beredar di kehidupanmu. Semuanya bisa menjadi Inspirasi. Menjadi bekal dalam dunia kepenulisan kamu.

Salam Sastra dan Selamat Menulis...

Posting Komentar untuk "5 Tips Penting Membuat Cerpen Juara untuk Pemula"